Minggu, 15 Januari 2012

Teknik Announcing

• Materi merupakan informasi yang sifatnya fenomenal, potensial, berdampak, dan actual.
• Perlu diketahui oleh Audience sesegera mungkin
• Digali dari narasumber yang berkaitan dengan topic dan pakar yang kredibel
• Menggunakan ilustrasi yang tepat (musik pengiring, bridging music, smash music, bcksound,atmosfer)
• Penggunaan dokumen, insert, dan sound byte yang tepat
• Dikerjakan dengan mengawali pembuatan struktur, penyusunan kisah (memasukkan unsure dramaturgi)
• Penyusunan pengisahan terkait dengan materi yang diangkat sehingga ditemukan pengisahan yang berbeda dengan kisah berita regular.
• Pengisahan harus logis dan koheren
• Presenter/narator punya teknik vocal yang baik dengan bahasa tutur dan cerita
• Apabila semua dipadukan sempurna maka akan jadi paket yang memunculkan ruh yang bagus dan harmonisasi.

Ruh Dalam Paket Berita
1. Materi
2. Bahasa
3. Ilustrasi : musik,bridging musik+smash musik, musik + suara, eye + ear catcher, atmosfer, sound effect
4. Presenter+Narator
5. Penggolongan segmen (dramatologi)
6. Naskah,Script,Writter
7. Insert/Soundbyte tepat

Penyuntingan Naskah Berita Radio dan TV II

Penyuntingan Berita di redaksi
Berita Pesan
1. TVRI Pusat ke Daerah
2. RCTI ke Kontributor
3. VOA Washington ke Indonesia
4. Kantor Berita Indonesia/Luar Negeri

Berita Insiatif
Berita Kerjasama
1. Instansi Pemerintah/swasta di Indonesia
2. KBRI
3. Sekolah/Universitas
4. Lembaga Penyiaran
Rapat Redaksi
Rutin 3x sehari
- Direktur
- Pemimpin Redaksi/Kepala Pemberitaan
- Manajer Berita
- Produser
- Redaktur
- Pengarah acara
Naskah berita TV
1. Format Penulisan untuk TV
Penyuntingan :
- Dari Bahasa
- Persetujuan penulis naskah
- Membuat naskah enak dibaca
- Membaca dan mengoreksi

Syarat menjadi penyunting berita TV
1. Harus bisa Ejaan Yang Disahkan (EYD)
2. Menguasai Tata Bahasa Indonesia Baik
3. Bersahabatlah dengan kamus
4. Memiliki kepekaan bahasa
5. Pengetahuan luas
6. Punya kepekaan terhadap SARA dan Pornografi
7. Punya keluwesan
8. Memiliki kemampuan menulis
9. Menguasai bidang tertentu
10. Menguasai bahasa asing
11. Menguasai kode etik jurnalistik





Nalar dan Logika
- Berbicara harus menggunakan nalar, rasio, logika dan argument.
- Berbicara harus runtut dan berdasar
- Dalam membuat kalimat harus ada dasar,criteria, ukuran. Kalau ada sumber berita membuat pernyataan yang tidak berdasar, hendaknya wartawan menanyakan kepadanya apa dasar pernyataannya. Sehingga pendengar tidak bertanya – Tanya.


Silogisme, Nalar Deduktif
Logis setidaknya sebuah berita perlu adanya premis mayor dan premis minor supaya kesimpulan atau pernyataan bisa disebut punya dasar nalar.

Premis adalah alasan, dalil, dasar, argument, syarat. Kesimpulan atau kosenkuensi adalah akibat dari adanya dua premis. Sedangkan proses penyimpulan dalam logika diebut SILOGISME. Kalau sumber berita belum lengkap memberi penjelasan dan asal – usul suatu keterangan, wartawan wajib menanyakan meminta klarifikasi agar lebih leluasa dalam menulis berita.

Wartawan hendaknya selalu menganggap bahwa pembaca tidak tahu apa – apa.

Kalimat Jurnalistik
Bahasa yang digunakan secara efektif untuk menyampaikan pesan.

Syarat Bahasa Komunikatif
- Bahasa jelas
- Jernih
- Runtut
- Berdasar nalar
- Tidak Ruwet/Melingkar
- Kata dan Kalimat Populer
- Kalimat Pendek
- Buat Kalimat yang mudah dipahami
- Susunan kalimat harus teratur
- Pemilihan Kata yang tepat
- Jangan menggunakan kata – kata formal

Seorang Penyunting Naskah
- Tidak baik mengelabui (Jeli,Jujur,Nalar)
- Jangan Menyimpang nalar (Tidak Menggunakan Logika)
- Kata Kecuali adalah menyisihkan sesuatu dari cakupan
- Menghindari Penyesatan
Pesan yang disampaikan harus akurat,utuh dan jernih
- Pemilihan kata yang tepat
Kata adalah suatu tanda untuk mengungkap gagasan dan konsep serta makna

Penyuntingan Naskah Berita Radio dan TV

Penyuntingan Berita di redaksi
Berita Pesan
1. TVRI Pusat ke Daerah
2. RCTI ke Kontributor
3. VOA Washington ke Indonesia
4. Kantor Berita Indonesia/Luar Negeri

Berita Insiatif
Berita Kerjasama
1. Instansi Pemerintah/swasta di Indonesia
2. KBRI
3. Sekolah/Universitas
4. Lembaga Penyiaran
Rapat Redaksi
Rutin 3x sehari
- Direktur
- Pemimpin Redaksi/Kepala Pemberitaan
- Manajer Berita
- Produser
- Redaktur
- Pengarah acara
Naskah berita TV
1. Format Penulisan untuk TV
Penyuntingan :
- Dari Bahasa
- Persetujuan penulis naskah
- Membuat naskah enak dibaca
- Membaca dan mengoreksi

Syarat menjadi penyunting berita TV
1. Harus bisa Ejaan Yang Disahkan (EYD)
2. Menguasai Tata Bahasa Indonesia Baik
3. Bersahabatlah dengan kamus
4. Memiliki kepekaan bahasa
5. Pengetahuan luas
6. Punya kepekaan terhadap SARA dan Pornografi
7. Punya keluwesan
8. Memiliki kemampuan menulis
9. Menguasai bidang tertentu
10. Menguasai bahasa asing
11. Menguasai kode etik jurnalistik

TATA SUARA

Adalah Ilmu yang mempelajari bagaimana mendapatkan output suara yang baik dan enak kita dengarkan serta mempunyai kesan artistik.
Ilmu tata suara dipelajari untuk merancang hasil suara berkualitas pada pembuatan produksi acara Radio, Televisi dan Film.

Kenapa harus ada Tata Suara?
Suara dalam siaran radio, televisi dan Film itu terdiri dari banyak sumber yang harus diseimbangkan dan diselaraskan.

Misalnya ada suara Alam (Natural Sound/Natsound), Suara Objek (Manusia, Hewan, Mesin), Suara Narasi (Dubbing), suara Musik (Illustrasi dan Sound Effect).

Untuk dapat menyeimbangkan dan menyelaraskan suara-suara dari berbagai sumber, maka dilakukanlah proses mixing oleh penata suara untuk menghasilkan suara yang harmonis sehingga baik dan enak didengar.
1. Pemilihan Microphone yang tepat,
2. Pengaturan jarak microphone,
3. Pengaturan Equalizer,
4. Pengaturan Fader Audio Mixer
Semua itu merupakan beberapa langkah kunci yang akan menentukan keberhasilan penata suara dalam memproduksi suara yang seimbang dan harmonis sehingga enak didengar.

Yang berarti, Seorang Penata Suara disamping harus membekali diri dengan pengetahuan Teknis Teknologis, juga tidak kalah pentingnya juga harus memiliki “Sense Of Arts”.

Hal ini disebabkan karena suara yang baik itu tidak semata dihasilkan oleh pemakaian jenis alat semata, akan tetapi ditentukan juga oleh seberapa piawainya seorang penata suara itu melakukan adjustment peralatan yang dihadapinya.


KESEIMBANGAN/KESELARASAN SUARA (BALANCE)

1.Keselarasan/Keseimbangan Suara :
Istilah keseimbangan/keselarasan suara atau balance sering digunakan untuk menyatakan karakter keseluruhan hasil suatu rekaman suara.
Secara terperinci adalah merupakan pemilihan sumber-sumber suara serta pengaturannya dengan baik dan sepadan sehingga menjadi suatu hasil suara yang memuaskan.
Hal ini kira-kira sama dengan menyesuaikan untuk kamera dan sudut pengambilan untuk menghasilkan komposisi gambar yang baik.

2.Balance Suara yang baik dicapai melalui:
a. Pemilihan microphone yang sesuai
b. Penentuan letak sumber suara dan penempatan microphone yang menghasilkan perbandingan yang baik antara suara langsung dan tak langsung (pantulan) sesuai dengan keadaan akustik ruangan.
c. Penentuan pengontrolan dan pengaturan LEVEL suara dari sumber yang berbeda-beda.

3.Mixing.
Tujuan dari mixing adalah suatu proses pencampuran/penataan suara untuk menghasilkan keserasian (balance) baik antara elemen suara maupun dengan gambar.
Ada tiga hal yang harus kita perhatikan dalam proses mixing adalah:
1. Level control standar maximum.
2. Balance Suara yaitu : Kata, Musik dan Sound Effect.
3. Tone Control (warna suara) karakter suara.

4.Microphone Balance.
Microphone Balance yang digunakan pada suatu rekaman suara haruslah dapat mengikuti karakter dari sumber suara, sehingga ia mengadakan perubahan energi akustik menjadi energi listrik tanpa cacat. Hal ini berlaku untuk suara pembicaraan (kata-kata), musik dan sound effect dari berbagai kemungkinan pada penataan/peletakan microphone (kecuali dalam hal tertentu, misalnya rekaman suara pembicaraan dalam ruangan berakustik buruk atau dikelilingi oleh suara rebut, maka satu-satunya kemungkinan adalah mendekatkan microphone dengan sipembicara agar suaranya lebih jelas terdengar.
Pemilihan dan penempatan dari microphone (bekerjanya mic) yang saling berhubungan dengan sumber suara dan keadaan akustik studio disebut Microphone Balance



5.Tujuan Melakukan Microphone Balance.
Secara teknis adalah mengambil suara yang diperlukan dengan level yang sesuai untuk microphone dan peralatan rekaman. Dengan kata lain mengubah energi akustik kedalam energi listrik yang sepadan dengan distorsi sekecil mungkin dan terhindar dari noise yang tidak diinginkan dengan tujuan enak didengar.
Untuk itu kita harus menentukan apakah menggunakan satu atau beberapa buah mic, dengan memilih karakteristik mutunya (frekwensi respon, distorsi, signal to noise ratio dan sebagainya).

Kadang-kadang kita harus pandai mengatur posisi atau penempatan (lay-out) set-up mic dari sumber suara.
Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan balance yang baik yaitu menempatkan mic pada masing-masing dengan jarak dan sudut pengambilan yang dapat menghasilkan perbaikan yang memuaskan secara estetis terhadap keadaan akustik studio.

6.Speech Balance
Microphone jika dirapatkan jaraknya dengan pembicara, maka disamping level suara bertambah, hasil suaranya akan lebih “dalam” atau frekwensi rendah (bass) akan sangat jelas terdengar.
Koreksi terhadap hal ini memang dapat dilakukan pada audio control, tetapi untuk menghasilkan balance dengan microphone haruslah tetap
Mic Omni Directional dapat juga digunakan dengan jarak yang lebih dekat untuk menghindarkan noise yang tidak diinginkan ataupun gaung (reverberation) akibat ruangan yang tidak baik.
Balance yang baik hanya dapat dinilai secara subyektif (telinga manusia tidak linier) dan cara yang terbaik adalah dengan menggunakan perbandingan dengan dari beberapa mic dan penempatannya serta didengarkan dengan baik dan teliti hingga mendapatkan suara yang terbaik. Untuk ini diperlukan telinga yang tajam dan kritis, loudspeaker yang baik berikut ruangan yang sesuai serta skill dan pengalaman.

7.Adakah Penilaian dengan Mendengarkan.
a. Kejelasan/kejernihan suara dan mutu suara langsung.
b. Perbandingan suara langsung dan tak langsung apakah suara tak langsung itu membantu/menambah suara langsung atau sebaliknya.
c. Perbandingan level dengan suara dari sumber lain yang diinginkan, baik suara langsung maupun pantulan.
d. Suara yang tidak diinginkan dari sumber atau sesuatu yang didekatnya. Apakah ini dapat dihindarkan atau dipisahkan.
e. Suara dari dan sumber lain yang tidak diingainkan.

8.Bagaimana berbicara didapan micropone?
a. Pegang naskah agar tidak menutupi mic sehingga suara dapat diterima secara langsung.
b. Usahakan tidak ada bunyi tambahan lain yang tidak diinginkan seperti naskah, suara benturan kaki dengan meja.
c. Berbica yang wajar jangan dibuat-buat, artinya jangan berbicara secara menggores aau menghidung.
d. Usahakan agar tidak merubah jarak dengan microphone sesuai saat pengetesan termasuk kekerasan suara.
e. Saat berbicara didepan microphone yang satu jangan berpindah pada mic yang lain (warna suara/level berubah)
f. Lakukan pengetesan dengan membaca naskah pada setiap pergantian :
- Microphone
- Ruang studio
- Operator

9.Beberapa Perubahan yang dapat dilakukan terhadap microphone adalah
a. Jaraknya dengan sumber suara
b. Ketinggian dan pergeseran ke samping
c. Sudut Pengambilan sudut untuk uni directional
d. Karakteristik pengambilan dari microphone dengan cara merubah switch, karakteristik yang terdapat pada mic atau mengganti microphone.
e. Frekwensi respon (dengan memilih/mengganti mic)
f. Menggunakan microphone tambahan
g. Lakukan tes sebelum berbicara di depan microphone
4. Pedoman Penggunaan Microphone.
a. Mic harus terhindar dari pengaruh debu
b. Mic tidak boleh tersentuh-sentuh apalagi jatuh
c. Mic harus dihindarkan dari pengaruh kelembapan apalagi benda cair
d. Meniup/bersiul didepan mic adalah tabu (akibatnya membrane akan rusak) karakteristik daya tangkap berubah.
e. Pada saat pengetesan tidak boleh diketuk-ketuk.
f. Anggaplah microphone2 itu sebagai milik kita sendiri, orang lain yang tidak berkepentingan dilarang keras mencampuri urusan ini.


Microphone untuk VOCAL dan Musik
Bagaimana bila Microphone Musik digunakan untuk Vocal ?
1. Kerugian pada frekwensi rendah dan frekwensi tinggi yang mengakibatkan tidak bisa membedakan suara pria dan wanita (kurang jelas terdengar).
2. Perubahan akan menimbulkan kekerasan pada noise (poping noise, suara nafas pada pembicara, suara kertas, AC dll)
3. Suara akan lebih keras dan noise ikut masuk
4. Balance tidak tercapai/noise akan lebih kuat


Bagaimana bila Microphone Vocal digunakan untuk Musik ?
1. Akan terjadi pengaruh pada frekwensi Respon.
2. Pada frekwensi rendah dan tinggi yang dihasilkan pada instrumen musik tidak bisa tertangkap dengan jelas oleh microphone tersebut



Desible (dB) adalah merupakan tekanan suara.
Tekanan suara paling rendah yang dapat kita dengar ialah 0 db

Penata Mirophone



Audio Engineer : orang yang bertanggung jawab akan instalasi dan setting perlengkapan audio contoh tata letak microphone,audio mixer.
Sound Engineer : orang yag bertanggung akan akan kualitas output yang dihasilkan.

Microphone
Alat pengubah getaran akustik menjadi getaran elektrik
Transduser = pengubah

Public Address : alat pengeras suara tapi tidak mempedulikan kualitas suara. Hanya mengutamakan jangkauan dan luas.

Sound System : Seperangkat alat audio yang mengutamakan kualitas suara. Namun, jangkauan dan luas tidak diperhatikan.

Audiophile : orang yang menyukai tentang audio.


Pop screen : alat yg untuk menahan jarak microphone

Pendidikan Pancasila

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan atau keahlian dalam kesatuan organis harmonis dinamis, di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuan atau keahlian merupakan sifat dwi tunggal pendidikan nasional.
Pendidikan pada dasarnya ialah pemanusiaan, dan ini memuat hominisasi dan humanisasi. Homanisasi merupakan proses pemanusiaan secara umum, yakni memasukkan manusia dalam lingkup hidup manusiawi secara minimal. Humanisasi adalah proses yang lebih jauh, kelanjutan hominisasi. Dalam proses ini, manusia bisa meraih perkembangan yang lebih tinggi, seperti Nampak dalam kemajuan-kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan.
Salah satu agenda penting dalam upaya mengatasi krisis dalam kehidupan bangsa kita adalah melalui pendidikan karakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlak, pendidikan budi pekerti. Kemampun peserta didik dalam berpikir tentang persoalan-persoalan moral, maupun cara bertindak dalam situasi-situasi yang menyangkut benar dan salah hendaknya diperhitungkan baik-baik.
Pendidik (guru) yang baik mempunyai kekuatan yang vital bagi kemajuan dan keselamatan bangsa. Hal ini dikarenaka perilaku pendidik akan lebih diikuti oleh peserta didik dari pada apa yang dikatakan guru. Pendidik (guru) yang memiliki akhlak, budi pekerti, karakter yang baik, akan sangat kondusif dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan moral, yang muaranya akan mendukung bagi peserta didik untuk memiliki karakter yang baik.

Komponen “Moral Knowing”, meliputi enam unsur, yaitu:
1. “Moral awareness”, kesadaran moral atau kesadaran hati nurani, yang terdiri dari dua aspek yaitu:
a. Tanggung jawab ialah menggunakan kecerdasan untuk melihat jika situasi meminta penilaian atau pertimbangan moral, dan berpikir secara hati-hati tentang apa yang benar dari perilaku tersebut.
b. Is taking trouble to be informed.
2. “Knowing moral values” atau pengetahuan tentang nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral tersebut, antara lain:
a. Rasa hormat tentang kehidupan dan kebebasan.
b. Tanggung jawab
c. Kejujuran
d. Keterbukaan
e. Perasaan kasihan
f. Keteguhan hati
3. “Perspectives-taking” atau perspektif yang memikat hati, adalah kemampuan untuk memberi pandangan pada orang lain, melihat situasi seperti yang dia lihat, membayangkan bagaimana dia seharusnya berpikir, bereaksi, dan merasakan.
4. “Moral reasoning” atau pertimbangan-pertimbangan moral, adalah pengertian tentang apa yang dimaksud dengan bermoral, dan mengapa kita harus bermoral.
5. “Decision-making” atau pengambilan keputusan, adalah kemampuan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah-masalah moral.
6. “Self-knowledge” atau mengenal diri sendiri, adalah kemampuan mengenal atau memahami diri sendiri, dan hal ini paling sulit dicapai, tetapi hal ini penting untuk pengembangan moral.

Komponen-komponen “Moral Feeling”, meliputi enam unsur penting, yaitu:
1. “Conscience”, kata hati atau hati nurani, yang memiliki dua sisi, yaitu sisi kognitif (pengetahuan tentang apa yang benar), dan sisi emosi (rasa wajib berperilaku menurut kebenaran itu).
2. “Self-esteem” atau harga diri. Mengukur harga diri kita sendiri berarti kita menilai diri sendiri. Jika kita menilai diri sendiri, berarti kita merasa hormat terhadap diri sendiri, dan dengan cara demikian kita akan mengurangi penyalahgunaan pikiran atau badan kita sendiri.
3. “Empathy” atau empati, adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, seolah-olah mengalami sendiri apa yang dialami orang lain, atau merasakan apa yang orang lain rasakan.
4. “Loving the good” atau cinta pada kebaikan. Jika orang cinta akan kebaikan, maka mereka akan berbuat baik, dan mereka memiliki moralitas.
5. “Self-control” atau kontrol diri, adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, dan hal ini diperlukan juga untuk mengekang kesenangan diri sendiri.
6. “Humility” atau kerendahan hati (“lembah manah”), adalah merupakan kebaikan moral yang kadang-kadang dilupakan atau diabaikan, padahal ini merupakan bagian terpenting dari karakter yang baik.


Komponen-komponen “Moral Action”, meliputi tiga unsur penting, yaitu:
1. “Competence” atau kompetensi moral, adalah kemampuan untuk menggunakan pertimbangan-pertimbangan moral dan perasaan dalam perilaku moral yang efektif.
2. “Will” atau kemauan, adalah kemampuan yang sering menuntut tindakan nyata dari kemauan, memobilisasi energi moral untuk bertindak tentang apa yang kita pikirkan, apa yang harus kita kerjakan.
3. “Habit” atau kebiasaan. Suatu kebiasaan untuk bertindak secara baik dan benar perlu senantiasa dikembangkan.

Tugas pendidikan moral adalah membantu peserta didik supaya memiliki karakter atau akhlak atau budi pekerti yang baik, sekaligus dimilikinya dalam diri peserta didik, pengetahuan, perasaan, dan tindakan moral yang saling melengkapi satu sama lain, dalam suatu kesatuan organis harmonis dinamis.
Dua nilai moral universal, yang berbentuk nilai-nilai inti dalam masyarakat umum, yang secara moral dapat diajarkan ialah “rasa hormat” (“respect”) dan “tanggung jawab” (“responsibility”). “Respect” berarti menunjukkan rasa hormat yang seimbang bagi seseorang atau sesuatu hal, termasuk rasa hormat pada diri sendiri, terhadap hak dan martabat semua orang, terhadap lingkungan yang dapat menopang seluruh kehidupan manusia. Tanggung jawab adalah perilaku yang nampak dari moralitas, yang termasuk di dalamnya perhatian atau “caring” terhadap diri sendiri dan orang lain, pemenuhan kewajiban-kewajiban, kontribusi terhadap masyarakat, pengurangan terhadap penderitaan, dan membangun dunia yang lebih baik.

Cara untuk mengembangkan karakter yang baik, yakni sebagai berikut:
1. “Self-discipline” atau disiplin diri perlu ditanamkan pada para mahasiswa atau siswa, dosen atau guru, pelatih, pembimbing, dan semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran.
2. “Compassion” atau rasa terharu. Rasa terharu yang disertai rasa kasih sayang dapat ditanamkan melalui cerita-cerita atau peribahasa yang bermanfaat seoptimal mungkin.
3. “Responsibility” atau tanggung jawab. Orang yang tidak bertanggung jawab adalah suatu ciri bahwa orang tersebut belum matang, sebaliknya adanya rasa tanggung jawab adalah ciri kematangan seseorang.
4. “Friendship” atau persahabatan. Cerita-cerita yang disampaikan pada mahasiswa atau siswa mengenai persahabatan yang baik merupakan paradigm moral bagi semua hubungan antar manusia.
5. “Work” atau bekerja. Langkah pertama dalam mengerjakan sesuatu adalah belajar, bagaimana cara mengerjakan sesuatu.
6. “Courage” atau keberanian dan keteguhan hati. Hal ini perlu ditanamkan dalam menghadapi perasaan takut, sifat ragu-ragu, gugup, bimbang, dan sifat-sifat lain yang sering menganggu.
7. “Perseverance” atau ketakutan. Bagaimana caranya mendorong para mahasiswa atau siswa supaya tekun dan tetap melaksanakan usaha-usaha untuk meningkatkan keberanian dan ketekunannya.
8. “Honesty” atau kejujuran. Peserta didik perlu dididik menjadi pribadi yang jujur, berbuat secara nyata, secara murni, dan dapat dipercaya. Kejujuran diwujudkan atau diekspresikan dalam bentuk rasa hormat kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
9. “Loyality” atau loyalitas. Loyalitas atau kesetiaan berkaitan dengan hubungan kekeluargaan, persahabatan, afilisiasi keagamaan, kehidupan professional dan lain-lain, yang kesemuanya itu dapat berubah dan dikembangkan ke arah yang baik dan mulia.
10. “Faith” atau keyakinan. Keyakinan atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan dimensi yang sangat penting, yang merupakan sumber moral manusia.

Teknik Repotase

Reportase adalah melaporkan suatu kejadian dari lapangan. Sebelum melakukan reportase, seorang reporter harus memperhatikan 4 hal yang sangat penting karena jika tidak maka bisa saja terjadi kegagalan dalam pelaporan dilapangan. 4 hal yang harus diperhatikan reporter adalah :
1. Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap yang sangat penting karena seorang reporter yang tidak melakukan persiapan sebelum melaporkan suatu kejadian bisa jadi ia akan merepotkan banyak pihak.
Pada tahap ini meliputi :
Riset
Riset yang paling sederhana adalah di rapat redaksi atau kegiatan yang digunakan untuk mendalami masalah atau kasus yang akan diliput. Dengan pertanyaan yang dihasilkan dari redaksi minimal seorang reporter punya bekal yaitu 5W + 1H.

2. Penguasaan Alat
Penguasaan alat itu hukumnya wajib bagi seorang reporter terutama repoter radio. Kualitas suara sangat dibutuhkan oleh pendengar sehingga berita yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik.
Barang dan alat yang dibawa sebaiknya di tulis di daftar dan di Checklist agar tidak ada barang yang tertinggal. Setelah semua barang dan alat yang ditulis telah lengkap maka waktunya untuk melakukan peliputan. Dan sebaiknya seorang reporter mengetahui karakter alat yang dibawa dan sesuaikan dengan keadaan tempat peliputan.


3. Pencarian Narasumber
Permasalahan yang muncul pertama kali dalam melakukan liputan adalah menentukan sumber berita. Sumber berita itu diibaratkan papan panah yang semakin ke tengah maka akan semakin nilai beritanya.
4. Berhadapan dengan narasumber
Berhadapan dengan narasumber merupakan sebuah seni yang bisa dipelajari jika telah memiliki pengalaman dilapangan. Prinsip yang selalu harus dipegang seorang reporter adalah reporter harus selalu berada sejajar dengan narasumbernya.
Ada beberapa narasumber yang memiliki yang harus dihadapi dengan khusus :
- Para pengambil keputusan
- Politisi
Jangan sampai kita terperdaya dan mereka seolah menggunakan media kita.
- Aparat birokrasi
- Anak – anak
Macam – macam reportase
1. Reportase langsung (live report)
Laporan peristiwa langsung dari tempat kejadian disaat peristiwa sedang terjadi. Live report intinya adalah menggambarkan apa yang dilihat sehingga penonton seperti merasakan ada ditempat kejadian. Jika ada suara atau sound efek yang mencirikan atau sedang diperdengarkan pada saat acara berlangsung jangan berusaha dihilangkan.


Live report dapat berupa :
a. Voice Report
b. Feature
c. Documentary report
d. Investigative Reporting
e. Indepth reporting
f. Teleconference system

2. Reportase tunda
Peristiwa yang disiarkan setelah peristiwa telah terjadi. Laporannya disajikan dengan kalimat yang bebas menggunakan bahasa tutur, terdapat insert dan dapat dipadukan dengan sound effect/music yang mendukung laporan. Kalimat yang digunakan tidak kaku, beritanya tidak terikat waktu dan aktualitasnya dapat bertahan. Laporan tunda ini biasanya memiliki peluang untuk proses editing sehingga dapat menghilangkan kata – kata atau laporan yang tidak penting.
Dalam penyajiannya, laporan tunda dapat berupa :
a. laporan khusus
b. Jurnal
c. Varia Nusantara
d. Domestic News Round Up




LANGSUNG TUNDA
MAN Team Simpel
MONEY Lebih besar Relatif sedikit
MACHINE Peralatan lengkap cukup di studio
METHOD Lebih lengkap sederhana
MATERI lengkap seperlunya
TIME Tidak terbatas Terbatas
PLACE Bisa di luar/di dlm studio Di dalam studio
PROSES Tanpa editing Melalui Editing

Reportase Direncanakan yaitu laporan suatu kejadian/peristiwa yang sudah diketahui sebelumnya.
Reportase Tidak Direncakan yaitu laporan suatu kejadian/peristiwa yang tidak ketahui sebelumnya,peristiwa yang secara mendadak ada namun memiliki nilai berita.
Pada reportase, seorang reporter itu memiliki tugas yang berat karena berfungsi sebagai wartawan sekaligus penyiar.
- Sebagai WARTAWAN
Reporter harus menguasai peristiwa yang akan dilaporkan dalam segala aspek. Bukan saja laporan pandangan mata tetapi juga yang tidak terlihat. Tdak hanya meneliti berita di balik berit tapi juga menyelidiki peristiwa yang akan disiarkan.
-Sebagai PENYIAR
Memberikan laporan secara ad-libitum atau tanpa naskah, tapi tetap harus fasih dan spontan. Sedang suaranya harus jelas agar khalayak mengetahui isi laporan kita. Reporter adalah wakil mata dan telinga pendengar dan penonton.
Seorang reporter harus benar – benar mengetahui :
Bahasa dan Lambang yang digunakan
Kondisi dari pendengar /pemirsanya
watak/karakter dari media yang digunakan/kemampuan dan kelemahannya
Reporter Siaran Langsung dalam melaksanakan tugasnya harus mempersiapkan :
bahan/materi, hasil wawancara , dokumen, atau data awal
Naskah
Peralatan
bagi Reporter seperti tape/recorder/sarana siaran langsung seperti handphone, radio dll yang dapat diatur tinggi rendahnya suara, kecepatan suara dan kejelasan ucapan.
Untuk kelancaran Siaran Langsung, diadakan pembagian tugas reporter sebagai berikut :
Reporter I
bertugas mengambarkan, menceritakan yaitu :
maksud dan tujuan penyelenggaraan peristiwa tersebut
tempat dan lokasi dari peristiwa serta mereka yang terlibat dalam upacara/peristiwa tersebut dan kelengkapan di lokasi itu.
B. Reporter II
Menceritakan tahapan acara yang sedang berlangsung yaitu :
- menggambarkan kondisi pelaku upacara/kegiatan
- menceritakan apa yang belum dikemukakan reporter I
C. Reporter III
Menggambarkan kejadian diluar acara pokok.
TAHAPAN PELAKSANAAN REPORTASE
I. Tahap Perencanaan
Penyusunan proposal/penentuan jadwal siaran
Pencarian Data
Perencanaan awal
Penyusunan kerabat kerja
Pembuatan Naskah
II. Tahap Persiapan
1. Rapat Koordinasi/PlanningMeeting I
2. Pembagian tugas
3. Pembentukan tim/kerabat kerja
4. Hunting
5. Pertemuan produksi II
6. Pembentukan scenario/Lay Out
7. Persiapan Teknis
8. Gladi Bersih
9. Menghadiri Pertemuan yang diadakan Panitia
10. Merintis kerjasama dengan Telkom atau pihak lain

Tahap Pelaksanaan
1. Pelaksanaan Produksi
2. On Air (Langsung)
3. Rekaman (Tunda)
4. Editing
IV. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki hasil kerja berikutnya
1. Pembuatan Laporan
2. Play Back Hasil Siaran Langsung
3. Inventarisasi kekurangan dan kelebihan bahan-bahan baik dari teknis, materi penyajian dan SDM
Tahapan membuat Laporan Langsung/Tunda :
I. Persiapan
II. Penentuan judul
- Bahan Penunjang :
a. Hasil wawancara
b. Pidato/sambutan
c. Penjelasan/keterangan
d. Soundeffect
- Bahan Dokumentasi
- referensi,brosur,naskah
- Rekaman suara

Pelaksanaan
1. Menyusun Naskah
a. Obyek
b. Daya Tarik Perhatian (Ear Catcher/Eye Catcher)
1. kalimat awal harus selalu kalimat pendek
2. Berbentuk pertanyaan yang menarik atau pernyataan yang menentang
c. Pengarahan
Satu/dua kalimat yang membantu audience mulai berfikir pada hal-hal yang ada dalam pikiran kita.
d. Pesan cerita
terbesar materi naskah merupakan cerita
persoalan yang dikemukakan harus jelas
menarik minat pendengar/penonton
Penutup
Kalimat pendek
Pesan dengan kata terbatas
Pilih kata-kata yang tidak mudah dilupakan
Gagasan yang dituangkan adalah yang baik
2. Sistem Piramida terbalik (Sistem Blok)
3. Bahan materi dirangkaikan dalam suatu kalimat, bebas, padat, singkat dan jelas
4. Penyesuaian/editing antara materi naskah dengan materi rekaman suara
5. Naskah siap dibaca
6. waktu seefisien mungkin

NASKAH LAPORAN
• Gunakan kata-kata yang lebih mudah
• Gunakan kalimat sederhana
• Gunakan kata-kata yang beraneka ragam
• Gunakanlah kata TETAPI pada saat yang tepat
• Naskah yang dibuat harus membuat pendengar atau penonton dekat dengan kita.
• Tuturkan hal yang menarik dari lokasi. Radio mementingkan kalimat yang memikat disertai Sound Effect.
• Gunakan bahasa tutur untuk mengemukakan fakta – fakta
• Sound effect akan membawa pendengar seolah-olah ikut berada di suatu kegiatan tersebut. Menciptakan imanjinasi bagi pendengar.
SARAN DARI WALTER K KINSAN (Broadcasting television and Radio) sbb :
Naskah harus jernih, artinya jelas kata-kata dan ide
Gunakanlah :
• kalimat singkat dan sederhana
• kata-katanya umum
• susunan ide yang memacu
• kemukakan fakta dan ide penting
• contoh-contoh dan ilustrasi suara
• bahan-bahan yang betul-betul dikuasai
• fakta dan ide yang jumlahnya tidak terlalu banyak
Kelincahan (Vividness)
Naskah siaran harus lincah, riang, memikat, tetap menarik
Gunakanlah :
• Kata-kata yang konkrit dan mengandung gambaran
• pendekatan yang segar
• Hal-hal yang lucu
• Pertentangan dari ide
• Hal-hal yang bersifat mengarah pada keharusan kata-kata, musik dan suara
• Kelincahan jangan membubarkan pengertian
3. Keanekaragaman
Dalam pembuatan naskah keangeragaman sangat penting agar pendengar dapat tertarik dan terus mendengarkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara gunakan kalimat bervariasi dan paragraf yang satu dengan lain, mengarah timbulnya perhatian.
TEKNIK PEMBUATAN DAN PENYAJIAN LAPORAN
Kerangka Tulisan
Tentukan judul atau topik kemudian pilih kalimat pembuka yang mengandung unsur menarik dan merangsang minat(guna menarik pendengar untuk terus mendengarkan laporan). Kalimat pembuka sebaiknya sekaligus menjadi topik utama laporan, sehingga kalimat selanjutnya merupakan pendukung. Setelah kerangka dibuat, maka dapat dimulai penulisan yang sebenarnya, dan kemudian ditinjau kembali dan akhirnya diadakan perubahan yang diperlukan.
Contoh :
Peresmian Rumah Budaya
• Sound Effect (suara tepukan,gamelan/alat musik tradisional)
• kalimat pembuka menjelaskan tentang suara atau bunyi-bunyi yang dipilih
• data, untuk apa, kegunaannya, acaranya, wawancara,penutupan
Dasar Menulis
Pola menyusun laporan dengan bentuk piramida terbalik yang berisi 5 W + 1 H. Bentuk piramida terbalik digunakan untuk menyusun kisah yang nilainya relatif penting dan dengan sendirinya perlu segera diketahui audience.




Suatu laporan merupakan suatu fakta yang ada dalam kehidupan manusia. Jika membuat laporan buatlah laporan itu senyata mungkin. Jadi apabila siaran itu hidup maka siaran anda dianggap berhasil.
Caranya adalah :
tentukan lead, kalimat awal
buka dengan sound effect
Mulai dengan kalimat yang berisi data - data
Siapkan wawancara dengan orang yang terkena dampak dan juga ahli/pakar
Menjaga tetap ringkas
Menyusun laporan yang ringkas namun harus tetap berisi gagasan dan pikiran, mengungkapkan sedemikian rupa sehingga terasa efektif .
Titik Perhatian Pada Fakta Konkrit
Reporter harus mampu menyusun naskah yang menarik perhatian pendengar/pemirsa ke satu peristiwa sehingga mereka larut dalam apa yang dikemukakan anda.
Tuturkan hal yang menarik dari lokasi. Radio mementingkan kalimat yang memikat disertai Sound Effect. Gunakan bahasa tutur untuk mengemukakan fakta – fakta. Sound effect akan membawa pendengar seolah-olah ikut berada di suatu kegiatan tersebut sehingga menciptakan imanjinasi bagi pendengar.
SYARAT POKOK DALAM PENULISAN

1. Jelas
Agar apa yang dimaksudkan dalam laporan dapat diterima oleh pendengar
2. Singkat
To The Point sehingga cepat dan mudah ditangkap
Singkat tidak boleh mengorbankan kejelasan laporan, tulis dengan jelas namun
lengkap dan singkat
3. Sederhana
• Laporan yang sederhana di tulis dengan tulisan yang efektif akan lebih mudah dimengerti dan akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan salah tafsir


4. Teliti
Teliti merupakan kunci data yang disajikan dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Teliti meliputi data dan keterangan apa yang ada dalam laporan
5. Meyakinkan
Hal ini dapat dicapai jika keempat syarat sudah dipenuhi
Menurut ROBERT GUNNING (wartawan Amerika), ada 10 dasar penulisan yang jelas :
1. pergunakan kalimat-kalimat pendek
2. Lebih baik menggunakan kalimat sederhana daripada kalimat kompleks
3. pergunakan kata-kata yang akrab
4. hindari kata-kata yang tidak perlu
5. pergunakan kata kerja yang baik
6. arahkan apa yang anda tulis
7. gunakan istilah-istilah sehingga pendengar menggambarkan atau membayangkan apa yang ditulis
8. kaitkan dengan pengalaman pendengar
9. buat kalimat bervariasi
10. lebih baik kalimat tegas yang mengungkapkan sesuatu peristiwa daripada mempengaruhi
Prinsip-prinsip apakah yang digunakan dalam penulisan untuk keperluan jurnalistik radio/televisi?
1. Ekonomi kata
2. Kejelasan makna.
3. Menghindari opini

PENGGUNAAN BAHASA TUTUR
Bahasa tutur bukanlah bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Bahasa tutur lebih dekat kepada bahasa informal. Bahasa yang digunakan tetap bahasa formal, tetapi bahasa ini mudah untuk diucapkan.
Karakteristik bahasa tutur adalah :
1. Satu pokok pikiran satu kalimat
Kebanyakan orang berbicara dengan kata yang tidak menggunakan anak kalimat jika tidak mendesak. Sehingga gunakan satu kalimat dalam satu pokok pikiran akan lebih mudah dipahami pendengar.
2. Tidak menggunakan kalimat langsung
Kalimat langsung yang dibacakan kembali akan aneh di dengar. Seringnya kutipan langsung diubah menjadi kutipan tidak langsung.
3. Dibagi per bagian bukan per alinea
Keberadaan alinea dalam tulisan berita akan memunculkan kebingungan. Biasakan untuk membagi tulisan per bagian terdiri dari pokok pikiran demi pokok pikiran. Jadi tulisan berita lebih mengalir seperti orang berbicara dengan orang lain.
4. Imajinasikan laporan berita
Gambarkan apa yang terjadi bukanlah menceritakan. Ini membuat pendengar akan berimajinasi dan merasakan berada di dalam laporan Anda.


STRUKTUR PENULISAN LAPORAN
1. Umum - Khusus
penggambaran umum terhadap apa yang Anda amati kemudian menyempit ke obyek yang menjadi focus dari cerita.
2. Khusus – Umum
Ini berbanding terbalik dengan umum – khusus karena penggambarannya justru dari sesuatu yang focus kemudian melebar ke hal yang umum.
3. Positif – Negatif
Ini adalah penggambaran negative tentang suatu obyek namun penggambarannya justru dimulai dari sesuatu yang positif dari obyek tersebut.
4. Negatif - Positif
Ini adalah penggambaran positif tentang suatu obyek namun penggambarannya justru dimulai dari sesuatu yang negative dari obyek tersebut.

PENGGUNAAN BAHASA YANG MENCIPTAKAN IMAJINASI
Bahasa yang digunakan dalam laporan pandangan harus membangkitkan imajinasi pendengar atau untuk membangun apa yang diistilahkan sebagai theatre of mind harus dieksplorasi sejauh mungkin. Hanya dengan cara ini Anda mampu membawa pendengar ke peristiwa maupun tempat dimana Anda melaporkan.
1. Gunakan panca indra
Hadirkan gambaran tentang apa yang anda rasakan, baui, lihat dan dengar. Manfaatkan panca indra Anda dalam membuat sebuah laporan pandangan mata. Ini membuat pendengar merasa ada dilokasi laporan.
2. Buat gambar
Gambarkan suatu kejadian dengan bahasa dalam laporan. Gambar bisa deskripsi tentang warna, ukuran,bentuk,dll.
3. Pilih kata yang Anda gunakan
Pilih kata yang sesuai dengan laporan Anda, jangan berlebihan tapi jangan juga mengurangkan agar data sesuai dengan keadaan.
a. Gunakan kata kerja daripada kata sifat
b. Konkret
c. Kata yang lebih ekspresif
4. Membuat adegan
Laporan dilakukan dengan pengamatan atau bisa juga reporter berjalan. Melaporkan adegan per adegan
Contoh :
a. Posisi Reporter berpindah tempat
b. Diam
Penstrukturan Laporan pandangan mata
1. Membuat panggung untuk Laporan Pandangan Mata (Creating Scene)
Panggung adalah lokasi tempat Anda berada saat melaporkan. dengan panggung ini pendengar akan bisa mengetahui bahwa Anda memang berada di lokasi. Pendengar juga sekaligus mendapat kesan tentang peristiwa atau tempat yang memang terjadi di dunia nyata dan bukan sekedar gambaran detil yang acak tanpa maksud.
Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam membuat panggung untuk laporan pandangan mata anda :
HORISONTAL
Dalam penggunaan panggung horizontal, Anda membuat gambaran dari kiri ke kanan atau kanan ke kiri. Atau bisa juga Anda gunakan teknik belakang depan, yaitu Anda menggambarkan apa yang ada di belakang Anda dan apa yang ada di depan Anda.

VERTIKAL
Panggung vertical dimulai dari atas ke bawah atau bawah ke atas
ZOOM IN (JAUH KE DEKAT) ATAU ZOOM OUT (DEKAT KE JAUH)
Panggung juga bisa bersifat tiga dimensi, dari gambaran yang paling dekat menuju pengambaran kejauhan. Bisa juga sebaliknya, dari kejauhan menuju gambar terdekat.
PINDAH DARI SATU OBYEK KE OBYEK YANG LAIN
Ada banyak obyek yang anda amati, gambaran bisa Anda buat dari satu obyek pengamatan ke obyek lain. Usahakan buat perbandingan antar obyek ini, terutama pada hal-hal yang menonjol, gambarkan persamaan ataupun perbedaan untuk membuat deskripsi panggung anda.
DARI LANDSCAPE KE DETIL
Panggung bisa sangat efektif jika cerita Anda adalah tentang satu obyek tertentu yang terletak dalam konteks.


2. Membangun imajinasi- asosiasi, kontras
Asosiasi ataupun membangun kontras antara suasana dengan kesan-kesan manusiawi yang muncul akan sangat bermanfaat membangun imajinasi.
3. Penggambaran aksi apa yang sedang terjadi
Menceritakan peristiwa apa yang sedang terjadi saat anda membuat laporan. Dari sini juga bisa dihadirkan aspek manusiawi dari laporan anda karena biasanya “Apa yang sedang terjadi” melibatkan aktivitas manusia.
4. Latar belakang
Latar Belakang berkaitan dengan pemahaman terhadap pokok masalah yang dijadikan laporan. Pnting bagi anda untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Maka obeservasi yang anda lakukan kerap harus meliputi data dasar yang diperlukan dalam sebuah pembuatan berita.
5. Analisa konsekuensi, implikasi
Analisis ada beraneka ragam baik berupa pikiran yang terlintas maupun upaya memberikan kualitas dalam laporan.

Analogi Yang Salah

- Ketika seseorang di wawancarai seringkali ia tidak mampu memberikan argumentasi yang jelas atau berpendapat, sehingga menggunakan analogi.
- Analogi ialah usaha perbandingan dan merupakan yang berguna untuk mengembangkan perenggang , akan tetapi analogi2 tidak membuktikan apa2 dan analogi yang salah dapat menyesatkon logikanya yang salah. Contoh:
1. Rektor universitas harus bertindak seperti seorang jendral,agar dipatuhi.
2. Negara ibarat kapal menuju sasarannya, jika setiap nahkoda akan menentukan arah
- Analogi seperti dicontohkan tersebut harus ditelaah reporter secara kritis. Sering analogi yang salah digunakan untuk membela atau menutupi cara berpikir atau tindakan tanpa dasar.

a. Penyampaian Masalah
- Penilaian terhadap suatu masalah itu bisa mengandung salah nalar, apabila dilatarbelakangi oleh sikap penolakan terhadap pendapat lain namun tanpa didukung argumentasi yang logis. Salah nalar ini jika argumentasi tidak mengenai pokok atau jika kita menukar dengan pokok masalah lain atau menyeleweng pada garis. Contoh:
1. Jurang pemisah antara kaya dan miskin tidak mungkin terjadi, karena UUD ‘45 menetapkan asas kekeluargaan untuk ekonomi kita.
2. Humor di Indonesia itu berpangkal pada kedunguan, karena orang Indonesia tidak mengenal humor.
3. Perencanaan pengluaran tidak perlu karena Kalimantan masih kosong

b. Pembenaran Masalah Lewat Pokok Sampingan
- Wawancara antar reporter dan pihak tertentu terkadang tidak berjalan lancar, tak jarang disertai perdebatan yang seru. Ini terjadi karena reporter tidak boleh menerima suatu pernyataan tanpa mngkajinya secara kritis.
- Salah nalar disini muncul jika argumentasi menggunakan pokok pikiran yang tak langsung atau hal yang remeh untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya: orang yang salah dapat dibenarkan karena kawannya juga berbuat salah. Contoh:
1. Orang boleh korupsi, sebab para pejabat juga korupsi
2. Pegawai negri tidak perlu datang tepat pada waktunya, karena atasannya juga sering terlambat.
3. Janganlah membeli karcis jika naik bus kota, sebab kondektur mengizinkan naik ke kendaraan sampai bus berjubel.

c. Argumentasi at Hominem
- Sering terjadi dalam peristiwa yang mengandung kepentingan, salah satu pihak melontarkan penilaian yang justru merugikan orang lain.
- Penilaian bukan berdasarkan pokok masalahnya, melainkan sentiment terhadap pihak lain. Lalu terjadi salah nalar yang disebut Argumentasi at Hominem.
- Salah nalar itu terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya, bukan masalahnya. Untuk mempertanyakan masalah pada narasumber yang netral, kecuali wawancara kita pada orang yang bersangkutan. Contohnya:
1. Usul perbaikan pemerintah ditanggapi dengan tuduhan bahwa pengusulnya golongan ekstrim.
2. Kepemimpinan yang diragukan karena ia mempunyai 5 mobil.
- Reporter harus kritis terhadap pernyataan seperti contoh2 di atas. Kalau tidak hati2, reporter bisa dimanfaatkan pihak tertentu untuk menjadi corong orang lain.
a. Imbuhan pada keahlian yang patut disangsikan
- Dalam pembahasan masalah, orang yang sering mengandalkan di bawah para ahli untuk memperkuat argumentasinya.
- Mengutip pendapat seorang ahli terkadang memang berguna, tetapi kutipan itu tidak serta merta dapat digunakan untuk membuktikan pokok masalah. Contoh:
1. Kita mengutip pendapat bintang film tentang partai politik.

2. Non Sequetr
 Ketergesaan atau kecerobohan bisa melahirkan salah nalar. Dalam argumentasi salah nalar ini, mengambil kesimpulan berdasarkan premis yang tidak ada sangkut pautnya. Contoh:
1. Golongan Karya adalah kelompok yang banyak cendikiawannya, karena itu usul-usulnya paling bermutu.
2. Pak Dodi suka membentak-bentak. Bayangkan saja kalau ia menghajar anaknya di rumah.

FEATURE

1. J. B Wahyudi
Feature ialah uraian fakta yang bersifat khas atau unik.
*Unik: hal-hal atau peristiwa diluar peristiwa yang biasa.

2. Eni Setyarti
Feature adalah berita kisah.
*Berita kisah: tulisan tentang kejadian yang dapat menyentuh perasaan atau menambah pengetahuan khalayak lewat penjelasan lengkap dan mendalam, nilainya ditekankan pada unsur manusiawi dan juga dapat menambah pengetahuan.

3. Drs. A. S Haris Sumandiria, M. Si
Feature ialah cerita khas kreatif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang situasi, keadaan, atau aspek kehidupan.

4. A William
Feature sebagai tulisan yang membahas sesuatu aspek yang menarik.

5. Drs. Umar Zain
Feature yaitu tulisan khas bersifat menghibur dan mendidik dan bisa mengajarkan tentang aspek kehidupan dan gaya yang bervariasi.

6. Prof. Drs. Antasena
Feature disajikan dengan gaya khas, sehingga mengandung nilai berita dan nilai estetik.

7. Asep Syamsul. M Romli
Feature adalah kalangan khas yang menuturkan fakta serta peristiwa

Analogi Yang Salah
- Ketika seseorang di wawancarai seringkali ia tidak mampu memberikan argumentasi yang jelas atau berpendapat, sehingga menggunakan analogi.
- Analogi ialah usaha perbandingan dan merupakan yang berguna untuk mengembangkan perenggang , akan tetapi analogi2 tidak membuktikan apa2 dan analogi yang salah dapat menyesatkon logikanya yang salah. Contoh:
1. Rektor universitas harus bertindak seperti seorang jendral,agar dipatuhi.
2. Negara ibarat kapal menuju sasarannya, jika setiap nahkoda akan menentukan arah
- Analogi seperti dicontohkan tersebut harus ditelaah reporter secara kritis. Sering analogi yang salah digunakan untuk membela atau menutupi cara berpikir atau tindakan tanpa dasar.

a. Penyampaian Masalah
- Penilaian terhadap suatu masalah itu bisa mengandung salah nalar, apabila dilatarbelakangi oleh sikap penolakan terhadap pendapat lain namun tanpa didukung argumentasi yang logis. Salah nalar ini jika argumentasi tidak mengenai pokok atau jika kita menukar dengan pokok masalah lain atau menyeleweng pada garis. Contoh:
1. Jurang pemisah antara kaya dan miskin tidak mungkin terjadi, karena UUD ‘45 menetapkan asas kekeluargaan untuk ekonomi kita.
2. Humor di Indonesia itu berpangkal pada kedunguan, karena orang Indonesia tidak mengenal humor.
3. Perencanaan pengluaran tidak perlu karena Kalimantan masih kosong

b. Pembenaran Masalah Lewat Pokok Sampingan
- Wawancara antar reporter dan pihak tertentu terkadang tidak berjalan lancar, tak jarang disertai perdebatan yang seru. Ini terjadi karena reporter tidak boleh menerima suatu pernyataan tanpa mngkajinya secara kritis.
- Salah nalar disini muncul jika argumentasi menggunakan pokok pikiran yang tak langsung atau hal yang remeh untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya: orang yang salah dapat dibenarkan karena kawannya juga berbuat salah. Contoh:
1. Orang boleh korupsi, sebab para pejabat juga korupsi
2. Pegawai negri tidak perlu datang tepat pada waktunya, karena atasannya juga sering terlambat.
3. Janganlah membeli karcis jika naik bus kota, sebab kondektur mengizinkan naik ke kendaraan sampai bus berjubel.

c. Argumentasi at Hominem
- Sering terjadi dalam peristiwa yang mengandung kepentingan, salah satu pihak melontarkan penilaian yang justru merugikan orang lain.
- Penilaian bukan berdasarkan pokok masalahnya, melainkan sentiment terhadap pihak lain. Lalu terjadi salah nalar yang disebut Argumentasi at Hominem.
- Salah nalar itu terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya, bukan masalahnya. Untuk mempertanyakan masalah pada narasumber yang netral, kecuali wawancara kita pada orang yang bersangkutan. Contohnya:
1. Usul perbaikan pemerintah ditanggapi dengan tuduhan bahwa pengusulnya golongan ekstrim.
2. Kepemimpinan yang diragukan karena ia mempunyai 5 mobil.
- Reporter harus kritis terhadap pernyataan seperti contoh2 di atas. Kalau tidak hati2, reporter bisa dimanfaatkan pihak tertentu untuk menjadi corong orang lain.
a. Imbuhan pada keahlian yang patut disangsikan
- Dalam pembahasan masalah, orang yang sering mengandalkan di bawah para ahli untuk memperkuat argumentasinya.
- Mengutip pendapat seorang ahli terkadang memang berguna, tetapi kutipan itu tidak serta merta dapat digunakan untuk membuktikan pokok masalah. Contoh:
1. Kita mengutip pendapat bintang film tentang partai politik.

2. Non Sequetr
 Ketergesaan atau kecerobohan bisa melahirkan salah nalar. Dalam argumentasi salah nalar ini, mengambil kesimpulan berdasarkan premis yang tidak ada sangkut pautnya. Contoh:
1. Golongan Karya adalah kelompok yang banyak cendikiawannya, karena itu usul-usulnya paling bermutu.
2. Pak Dodi suka membentak-bentak. Bayangkan saja kalau ia menghajar anaknya di rumah.

FEATURE PART 2

A. Pengertian
• Menurut GB Wahyudi, Feature adlh uraian kata yang bersifat khas atau unik. ( Unik merupakan hal-hal / peristiwa luar biasa )
• Menurut Eni Setiarti,Feature adalah berita kisah. Kisah itu adalah unik. Berita kisah itu mengenai kejadian yang bisa menyentuh perasaan. Atau menambah pengetahuan khalayak menganai penjelasan yang lengkap dan mendalam. Nilainya ditekankan pada unsur manusiawi sekaligus dapat juga menambah pengetahuan.
• Menurut Drs.A.S.Haris Sumandria M.Si. Feature merupakan cerita khas kreatif yg berpijak pada jurnalisme sastra tentang situasi keadaan /aspek kehidupan.
• Menurut A.Williem,feature sbg tulisan yang membahas sesuatu aspek yg menarik
• Drs.Oemar Zein ,feature adalah tulisan khas yang tulisannya bisa menghibur,mendidik,dan memberikan segala aspek dalam kehidupan dengan gaya yang bervariasi.
• Prof.Dr.N.Artaseni,feature disajikan dg gaya khas sehingga menilai gaya berita dan gaya estetik.
• Asep Syamsul M Rumli,feature karangan khas yang menutur khas fakta dan peristiwa,prosesnya/riwayat terjadi,duduk perkara,proses pembentukannya ( cara kerjanya).

Contoh :
Candi Prambanan
“ topik :
 Aspek Yang Menarik :
a. Tinggi Bangunan : brp tinggi bangunan,knp tinggi bangunan berbeda-beda,filosofi tinggi bangunan. Nasum : ? --- pendapat nasum ttg tinggi bangunan
b. Luas Bangunan
c. Batu yang digunakan : batu jenis apa,ambil dmn,brp jaraknya. Nasum : pakar.
 Keunikan :
 Agama :
 Sentuhan :
 Aspek Kehidupan :
Adegan :
I, II, III
Format Penulisan :

MACAM-MACAM FEATURE :
1. FEATURE SEJARAH
2. FEATURE BIOGRAFI
Feature Termasuk Jurnalisme Sastra :
1. Jurnalisme sastra memasukkan unsur reportase secara inovatif,gaya liputan dengan bahasa sastra ini,telah memperkaya ragam teknik jurnalistik.
2. Jurnalisme menggunakan bahasa sastra yang lentur dan lincah,yang lazim digunakan saat bersastra. Jurnalisme sastra dapat menggali keterampilan dan kemampuan bahasa yang lincah.
3. Jurnalisme baru ini lebih baru dan inovatif dalam pemberitaan serta memenuhi syarat* pemberitaan yang mengandung 5W+1 H.
• Ciri-ciri feature :

1. Feature mengandung cerita.
Selain cerita kehidupan manusia,feature juga bisa menceritakan tentang alam,bangunan,dll. Oleh sebab itu feature dapat berbentuk karya naratif serta dapat berbentuk karya deskriptif,atau eksposisi artistik,artinya memberikan informasi atau penjelasan yang dikemas secara artistik.
2. Situasi teks feature HOMOGEN.
Artinya pencerita berkecenderungan berbicara sendiri tentang objek ceritanya. Kalau sesekali mengutip pembicaraan tokoh, harus dalam laporan isi tokoh cerita.
3. Feature berasal dari peristiwa nyata.
Artinya apa yg diceritakan adalah peristiwa yang nyata bukan sbg rekaan. Feature berangkat dari peristiwa nyata itu memberikan pengaruh pada kualitas tulisan. Jangan memasukkan unsur imajinasi,nanti akan menurunkan kualitas dari feature,sebab khalayak secara diam-diam akan memperhatikan dan mempersoalkan kebenaran peristiwa yang disajikan.
4. Alur cerita feature berkecenderungan menggunakan alur datar.
Hal ini disebabkan feature diberikan penekanan pada konflik,sebagai rasa ingin tahu pada pendengar.
5. Feature disajikan dengan menggunakan bahasa yang indah.
Didalam hal ini feature sama dengan fiksi. Kedua karya ini sama* mengandalkan keahlian dan kreatifitas penulis,mengeksploitasi dan melenturkan bahasa untuk menciptakan nilai artistik.
RENCANA FEATURE
1. Merencanakan feature diawali dari ide. Ide merupakan ide dari media massa,bisa dari perpustakaan atau dokumen,atau dari mencari,membaca dari media massa perpustakaan atau dokumen.
2. Buatlah topik*,lalu pilih topik itu. Carilah topik yang :
a. Menyentuh perasaan,sesuatu yang terkait pada harkat kehidupan dan harkat kemanusiaan ( human interest )
b. Carilah topik itu yang menyentuh drama kehidupan. < Ex : affandi menikahi 2 wanita,istri 1 menghormati istri ke 2 begitu sebaliknya,dan affandi rela melakukan apapun demi istri-istrinya >
c. Topik itu harus unik dan mengherankan. Didalam kehidupan kita sering terdapat sesuatu yang unik dan mengherankan,ini selalu menarik perhatian. < Ex : Affandi kemana-mana memakai pipa,mengenakan sarung,dan kaos oblong >
d. Topik yang memiliki dampak kepada masyarakat,setiap orang akan tertarik tentang sesuatu yang ada kaitannya dengan diri dan kegemaran,atau yang ada dampak terhadap diri.

PNBR Feature dan Dokumenter

Kritis Terhadap Fakta
Seorang Reporter harus kritis terhadap fakta. Ketika meliput mengandalkan subjektifitas. Sebagai pengamat kejadian mengandalkan subjektifitas dirinya. Persoalannya adalah berpengaruh pada kebenaran. Apalagi kalau kita berpihak. Tugas reporter membuat rekonstruksi suatu peristiwa. Rekonstruksi terwujud pada format berita. Sikap kritis tidak muncul begitu saja tapi melalui proses. Sikap kritis tumbuh bersama rasa ingin tahu yang mendalam. Sikap kritis tercermin dalam keteguhan. Timbulkan sikap kritis kepada sesuatu yang nampak, tumbuhkan rasa ingin tahu dan mencari tahu fakta apa yang tidak terlihat. Sikap kritis perlu di asah terus menerus. Tanpa sikap kritis, kemungkinan besar fakta yang di dapat adalah fakta mentah tanpa makna.


Analogi yang salah
Ketika seorang yang diwawancarai sering kali ia tidak dapat mengungkap pendapat dengan akumulasi yang jelas dan logis sehingga pakai analogi. Analogi ialah usaha perbandingan dan merupakan upaya berguna untuk mengembangkan
Akan tetapi analogi tiidak membuktikan apa – apa. Dan analogi salah dapat menyesatkan dengan analogi yang salah.

Contoh :Rektor universitas harus
Negara ibarat kapal menuju sarannya, jika setiap kali nahkota harus memungut suara untuk menentukan arah kapal itu tak kunjung sampai karena demokrasi Negara tak tersampaikan.

Analogi spt dContohkan tsb hrs ditelaah reporter scara kritis. Sering analogi yang slh digunakan utk membela atau menutupi cara brpikir atau tindakan tanpa dasar.


Penyampaian masalah
Penilaian suatu masalah itu bisa salah nalar. Apabila dilatarbelakangi suatu sikap penolakan tanpa di dasari dengan logis. Salah nalar ini bisa jika argumentasi tdk mengenai pokok atau jika kita menyeleweng dari garis.
Contoh : jurang pemisah anatara si kaya dan si miskin tidak mungkin terjadi karena UUD 45 menetapkan asa kekeluargaan utk ekonomi kita.
Humor Indonesia itu berpangkal pada keduluan karena org Indonesia tidak mengenal humor.

Pembenaran masalah lewat pokok sampingan
Wawancara antara reporter tidak selalu berjalan lancar. Tak jarang wawancara kadang terjadi perdebatan karena reporter memang tidak boleh menerima begitu saja tanpa mengkaji secara kritis.

Contoh : orang boleh korupsi karena pejabat juga korupsi
Argumentasi At Hominem
Sering terjadi kpd konflik kepentingan, salah satu pihak memojokkan orang lain. Penilaian dibuat bkn brdasarkan pokok masalah. Tapi brdasarkan sentiment pihak lain.
Salah nalar terjadi jika argument kita melawan orangnya bukan permasalahannya.


Contoh : argumentasi ini di pakai di politik.
- usul perbaikan pemerintah ditanggapi dengan tuduhan bahwa pengusulnya golongan ekstrim.
- kepemimpinhan yang diragukan karena ia memiliki 5 mobil.
Hati – hati reporter harus kritis pd kenyataan sperti contoh diatas.
kalau tidak, reporter bisa dimanfaatkan jd corong yang membela kepentingannya. Akibatnya, bisa dituntut.

Bira Island Liburan Ala Rantau Squad

Sedulur selawase. Yaps, Satu daerah dan senasib sepenanggungan. Beda profesi yang awalnya gak kenal sekarang kita saudara. Kita, Rantau S...