Minggu, 15 Januari 2012

Analogi Yang Salah

- Ketika seseorang di wawancarai seringkali ia tidak mampu memberikan argumentasi yang jelas atau berpendapat, sehingga menggunakan analogi.
- Analogi ialah usaha perbandingan dan merupakan yang berguna untuk mengembangkan perenggang , akan tetapi analogi2 tidak membuktikan apa2 dan analogi yang salah dapat menyesatkon logikanya yang salah. Contoh:
1. Rektor universitas harus bertindak seperti seorang jendral,agar dipatuhi.
2. Negara ibarat kapal menuju sasarannya, jika setiap nahkoda akan menentukan arah
- Analogi seperti dicontohkan tersebut harus ditelaah reporter secara kritis. Sering analogi yang salah digunakan untuk membela atau menutupi cara berpikir atau tindakan tanpa dasar.

a. Penyampaian Masalah
- Penilaian terhadap suatu masalah itu bisa mengandung salah nalar, apabila dilatarbelakangi oleh sikap penolakan terhadap pendapat lain namun tanpa didukung argumentasi yang logis. Salah nalar ini jika argumentasi tidak mengenai pokok atau jika kita menukar dengan pokok masalah lain atau menyeleweng pada garis. Contoh:
1. Jurang pemisah antara kaya dan miskin tidak mungkin terjadi, karena UUD ‘45 menetapkan asas kekeluargaan untuk ekonomi kita.
2. Humor di Indonesia itu berpangkal pada kedunguan, karena orang Indonesia tidak mengenal humor.
3. Perencanaan pengluaran tidak perlu karena Kalimantan masih kosong

b. Pembenaran Masalah Lewat Pokok Sampingan
- Wawancara antar reporter dan pihak tertentu terkadang tidak berjalan lancar, tak jarang disertai perdebatan yang seru. Ini terjadi karena reporter tidak boleh menerima suatu pernyataan tanpa mngkajinya secara kritis.
- Salah nalar disini muncul jika argumentasi menggunakan pokok pikiran yang tak langsung atau hal yang remeh untuk membenarkan pendiriannya. Misalnya: orang yang salah dapat dibenarkan karena kawannya juga berbuat salah. Contoh:
1. Orang boleh korupsi, sebab para pejabat juga korupsi
2. Pegawai negri tidak perlu datang tepat pada waktunya, karena atasannya juga sering terlambat.
3. Janganlah membeli karcis jika naik bus kota, sebab kondektur mengizinkan naik ke kendaraan sampai bus berjubel.

c. Argumentasi at Hominem
- Sering terjadi dalam peristiwa yang mengandung kepentingan, salah satu pihak melontarkan penilaian yang justru merugikan orang lain.
- Penilaian bukan berdasarkan pokok masalahnya, melainkan sentiment terhadap pihak lain. Lalu terjadi salah nalar yang disebut Argumentasi at Hominem.
- Salah nalar itu terjadi jika kita dalam argumentasi melawan orangnya, bukan masalahnya. Untuk mempertanyakan masalah pada narasumber yang netral, kecuali wawancara kita pada orang yang bersangkutan. Contohnya:
1. Usul perbaikan pemerintah ditanggapi dengan tuduhan bahwa pengusulnya golongan ekstrim.
2. Kepemimpinan yang diragukan karena ia mempunyai 5 mobil.
- Reporter harus kritis terhadap pernyataan seperti contoh2 di atas. Kalau tidak hati2, reporter bisa dimanfaatkan pihak tertentu untuk menjadi corong orang lain.
a. Imbuhan pada keahlian yang patut disangsikan
- Dalam pembahasan masalah, orang yang sering mengandalkan di bawah para ahli untuk memperkuat argumentasinya.
- Mengutip pendapat seorang ahli terkadang memang berguna, tetapi kutipan itu tidak serta merta dapat digunakan untuk membuktikan pokok masalah. Contoh:
1. Kita mengutip pendapat bintang film tentang partai politik.

2. Non Sequetr
 Ketergesaan atau kecerobohan bisa melahirkan salah nalar. Dalam argumentasi salah nalar ini, mengambil kesimpulan berdasarkan premis yang tidak ada sangkut pautnya. Contoh:
1. Golongan Karya adalah kelompok yang banyak cendikiawannya, karena itu usul-usulnya paling bermutu.
2. Pak Dodi suka membentak-bentak. Bayangkan saja kalau ia menghajar anaknya di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bira Island Liburan Ala Rantau Squad

Sedulur selawase. Yaps, Satu daerah dan senasib sepenanggungan. Beda profesi yang awalnya gak kenal sekarang kita saudara. Kita, Rantau S...